Rabu, 17 Oktober 2012

Saya Adalah Ibu Tiga Orang Anak


Saya adalah ibu tiga orang anak (umur 14, 12, dan 3  tahun) dan baru saja menyelesaikan kuliah saya.
Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah  Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif dengan  kualitas yang saya harapkan setiap orang  memilikinya. Tugas terakhir yang diberikannya diberi  nama  Tersenyum". Seluruh siswa diminta untuk pergi  keluar dan tersenyum kepada tiga orang dan
mendokumentasikan reaksi mereka.

Saya adalah seorang yang mudah bersahabat dan selalu  tersenyum pada setiap orang dan mengatakan "hello",  jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah. Segera  setelah kami menerima tugas tsb., suami saya, anak  bungsu saya, dan saya pergi ke restoran McDonald's  pada suatu pagi di bulan Maret yang sangat dingin  dan kering. Ini adalah salah satu cara kami membagi  waktu bermain yang khusus dengan anak kami.

Kami berdiri dalam antrian, menunggu untuk dilayani,  ketika mendadak setiap orang di sekitar kami mulai  menyingkir, dan bahkan kemudian suami saya ikut  menyingkir. Saya tidak bergerak sama sekali ....
suatu perasaan panik menguasai diri saya ketika saya  berbalik untuk melihat mengapa mereka semua
menyingkir. Ketika saya berbalik itulah saya membaui  suatu "bau badan kotor" yang sangat menyengat, dan  berdiri di belakang saya dua orang lelaki tunawisma.  Ketika saya menunduk melihat laki-laki yang lebih  pendek, yang dekat dengan saya, ia sedang  "tersenyum". Matanya yang biru langit indah penuh
dengan cahaya Tuhan ketika ia minta untuk dapat  diterima. Ia berkata "Good day" sambil menghitung
beberapa koin yang telah ia kumpulkan.

Lelaki yang kedua memainkan tangannya dengan gerakan  aneh sambil berdiri di belakang temannya. Saya  menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita  defisiensi mental dan lelaki dengan mata biru itu
adalah penolongnya. Saya menahan haru ketika berdiri  di sana bersama mereka. Wanita muda di counter  menanyai lelaki itu apa yang mereka inginkan. Ia  berkata, "Kopi saja, Nona" karena hanya itulah yang  mampu mereka beli. (jika mereka ingin duduk di dalam  restoran dan menghangatkan tubuh mereka, mereka  harus membeli sesuatu. Ia hanya ingin menghangatkan  badan).

Kemudian saya benar-benar merasakannya - desakan itu  sedemikian kuat sehingga saya hampir saja merengkuh  dan memeluk lelaki kecil bermata biru itu. Hal itu  terjadi bersamaan dengan ketika saya menyadari bahwa  semua mata di restoran menatap saya, menilai semua  tindakan saya. Saya tersenyum dan berkata pada wanita  di belakang counter untuk memberikan pada saya dua
paket makan pagi lagi dalam nampan terpisah.

Kemudian saya berjalan melingkari sudut ke arah meja  yang telah dipilih kedua lelaki itu sebagai tempat  istirahatnya. Saya meletakkan nampan itu ke atas  meja dan meletakkan tangan saya di atas tangan  dingin lelaki bemata biru itu. Ia melihat ke arah  saya, dengan air mata berlinang, dan berkata "Terima  kasih."

Saya meluruskan badan dan mulai menepuk tangannya  dan berkata, "Saya tidak melakukannya untukmu. Tuhan  berada di sini bekerja melalui diriku untuk  memberimu harapan." Saya mulai menangis ketika saya  berjalan meninggalkannya dan bergabung dengan suami  dan anak saya. Ketika saya duduk suami saya  tersenyum kepada saya dan berkata, "Itulah sebabnya  mengapa Tuhan memberikan kamu kepadaku, Sayang.  Untuk memberiku harapan." Kami saling berpegangan  tangan beberapa saat dan pada saat itu kami tahu  bahwa hanya karena Rahmat Tuhan kami diberikan apa  yang dapat kami berikan untuk orang lain. Hari itu  menunjukkan kepadaku cahaya kasih Tuhan yang murni  dan indah.

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah,  dengan cerita ini di tangan saya. Saya menyerahkan
"proyek" saya dan dosen saya membacanya. Kemudian ia  melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkan saya  membagikan ceritamu kepada yang lain?" Saya  mengangguk perlahan dan ia kemudian meminta
perhatian dari kelas. Ia mulai membaca dan saat itu  saya tahu bahwa kami, sebagai manusia dan bagian
dari Tuhan, membagikan pengalaman ini untuk  menyembuhkan dan untuk disembuhkan.

Dengan caraku sendiri saya telah menyentuh  orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku,
guruku, dan setiap jiwa yang menghadiri ruang kelas  di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus  dengan satu pelajaran terbesar yang pernah saya  pelajari :
PENERIMAAN YANG TAK BERSYARAT. Banyak cinta dan  kasih sayang yang dikirimkan kepada setiap orang  yang mungkin membaca cerita ini dan mempelajari
bagaimana untuk MENCINTAI SESAMA DAN MEMANFAATKAN  BENDA-BENDA - BUKANNYA MENCINTAI BENDA DAN  MEMANFAATKAN SESAMA Seorang filsuf menulis : Banyak orang akan datang  dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya sahabat2
sejati yang akan meninggalkan jejak di dalam hatimu.  Untuk menangani dirimu, gunakan kepalamu, Tetapi  untuk menangani orang lain, gunakan hatimu.  Kemarahan hanyalah satu kata yang dekat dengan  bahaya. Pikiran yang besar membicarakan ide-ide;  Pikiran yang rata-rata membicarakan
kejadian-kejadian; Dan pikiran yang kerdil  membicarakan orang-orang.

Tuhan memberikan kepada  setiap burung makanan mereka, tetapi Ia tidak  melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka.

Ia yang kehilangan uang, kehilangan banyak; Ia yang  kehilangan seorang teman, kehilangan lebih
banyak;Tetapi ia yang kehilangan keyakinan,  kehilangan semuanya.

Orang-orang muda yang cantik adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang cantik adalah hasil karya seni. Belajarlah dari kesalahan orang lain.

    Choose :
  • OR
  • To comment
1 komentar:
Write komentar
  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus

loading...

Download App Kisah Nyata
di Google Playstore