Jumat, 27 Juli 2012

Gusti Allah Menika Mboten Nate Sare Mas...



Malam itu telah cukup larut ketika saya memasuki jalanan kota Surabaya. Telah lewat dari jam 11 malam. Masa cuti yg telah habis dan pekerjaan yg menumpuk, memaksa saya harus meninggalkan anak dan istri yg masih tergolek lemah karena habis melahirkan satu minggu sebelumnya. Mereka masih harus banyak-banyak istirahat di rumah mertua saya di Bojonegoro sana. Dan besok pagi saya harus bekerja lagi demi istri dan kedua balita saya itu. Ah, hari yg cukup melelahkan saat itu. Baru nyampai dari luar kota, naik motor sendirian menerjang dinginnya angin malam, capek banget rasanya. Apalagi setelah beberapa saat berpacu di jalanan tengah kota, warna langit nampak memerah. Dan rintik hujanpun mulai turun membasahi Jl. A Yani yg tak pernah sepi. Lengkap sudah. Kondisi tubuh yg lelah ditambah lagi pake acara kehujanan pula, huufff....

Setengah ngebut sayapun memacu motor mencari tempat untuk berteduh. Untunglah, penjual nasi goreng yg mangkal di ujung Jl. Jemursari itu, punya tenda sederhana. Lumayan... pikir saya. Segera saya berteduh, dan mendekati bapak-bapak penjual yg juga sendirian. Hanya sebatang rokok kretek dan cahaya redup lampu petromak yg menemani. Beliaupun lantas mempersilakan saya duduk.

"lenggah wonten mriki mawon lho Mas, kersane mboten kudanan (duduk disini saja Mas biar ndak kehujanan)."

Begitu katanya ketika saya meminta ijin untuk numpang berteduh. Benar saja hujan semakin deras, dan kamipun makin terlihat kerdil dalam kesunyian malam yg pekat. Karena merasa ndak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya itu, saya lalu berkata,

"tolong buatkan mie goreng satu Pak, dimakan sini saja."

Bapak itu tersenyum, beranjak dari duduknya dan mulai menyiapkan tungku perapian. Beliau nampak sibuk. Bumbu-bumbu pun telah siap untuk diracik di penggorengan. Tampaklah pertunjukkan sebuah keahlian yg ndak bisa diraih dalam kurun waktu yg singkat. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap, botol saos dan segenap botol bumbu lainnya. Segera saja, mie goreng yg masih mengepul panas telah terhidang dihadapan saya. Keadaan yg semula canggungpun berangsur relax. Basa-basi lalu saya membuka obrolan ringan,

"Waaah hujannya tambah deres njih Pak, orang-orang makin jarang yg keluar donk..?"

Seraya meracik teh panas, bapak itu menoleh kearah saya, "Iya ya Mas... jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yg beli ya Pak?" celetuk saya, "waaah... rezekinya jadi berkurang donk?"

Duuuh... pertanyaan yg bodoh. Ya tentu saja ndak banyak yg beli kalau hujan begini. Tentu pertanyaan itu hanya akan membuat si Bapak tambah sedih, pikir saya. Namun sepertinya saya salah sangka,

"Gusti Allah menika mboten nate sare Mas... (Allah itu ndak pernah tidur)" begitu katanya, "rezeki saya ada dimana-mana. Justru saya malah seneng kalo hujan begini. Alhamdulillah istri sama anak saya di kampung ndak perlu beli air untuk membasahi sawah. Yah.. meskipun ndak lebar, tapi lumayanlah. Saget damel mangan saben dinane (bisa buat makan sehari-hari)," bapak itu melanjutkan, "dan anak saya yg disini pasti bisa ngojek payung kalo besok masih ujan."

Diegh..! Detak jantung saya berhenti sesaat. Dduuuuh... hati saya tergetar. Matapun sedikit berkaca. Bapak itu benar, Gusti Allah menika mboten nate sare, Tuhan itu ndak pernah tidur. Allah memang Maha Pemurah, yg tak pernah terlelap demi untuk hamba-hamba-Nya. Saya baru sadar, ternyata selama ini saya telah salah dalam memaknai hidup. Falsafah hidup yg saya punya seperti ndak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Maknanya terlampau dalam. Dan itu membuat saya sadar, betapa kerdilnya saya di hadapan Tuhan.
Saya selalu beranggaban bahwa hujan adalah bencana, hujan adalah petaka bagi banyak hal. Saya selalu berpendapat bahwa rezeki itu selalu berupa materi dan hal nyata yg bisa digenggam serta dirasakan. Dan selama ini saya juga beranggaban bahwa saat ada ujian yg menimpa maka itu artinya saya cuma harus sabar, sabar dan terus bersabar. Namun rupanya semua itu salah.
Hujan memang bisa menjadi bencana, tapi rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga menjadi berkah bagi sawah-sawah yg perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yg menjadi harapan bagi sebagian orang. Pengojek payung, pendorong mobil yg mogok, penjual tanaman hias dll. Jangan hanya diam bersabar tapi barengi juga dengan ikhtiar..!

Hmmmm… saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran nampak seperti lintasan-lintasan cahaya yg berkejaran di sulur-sulur otak saya,

"ya Allah ya Tuhanku... Engkau memang Maha yg Tak Pernah Terlelap walau hanya sekejap."

Seiring lamunan itu, tanpa saya sadari ternyata hujan telah reda dan sepiring mie gorengpun telah ludes saya makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yg selalu teringat, Gusti Allah menika mboten nate sare Mas... mboten nate sare... mboten nate sare.

Begitulah... saya sering takjub pada hal-hal kecil yg ada di sekitar saya. Allah memang selalu punya banyak rahasia untuk mengingatkan kita dengan cara yg tak pernah kita duga sebelumnya. Selalu saja Dia memberikan cinta kepada saya lewat hal-hal yg sederhana. Dan hal-hal seperti itu kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar. Dulu saya berharap bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yg istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yg saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yg menakjubkan yg berhasil saya lakukan.
Namun rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan yg terbaik buat saya. Saya tetap belajar dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.

Trimakasih ya Allah atas segala rahmat dan kenikmatan yg telah Engkau berikan. Ampuni hamba yg kerap kali meragukan keagungan-Mu.

------o0o------

Perjuangan Cinta Seorang Istri Sejati



Buat kalian para Suami, para Istri maupun para calon suami istri, perlu kalian tau bahwa ini adalah satu kisah 'tragis' dalam kehidupan berumah-tangga. Saya yakin kalian nanti pasti akan menyesal dan terpaksa membaca ulang dari awal jika melewatkan satu kalimat saja dalam kisah yg saya tulis ini.

Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa, yg mana hiduplah disana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.

Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yg dianggabnya tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.

Sambil menahan perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.

Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu.
Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.

Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata nelangsa di pipinya.
Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,

"Istriku, saat kamu pergi nanti... ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!"


Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.

Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,

"Ada dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan..."

Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,

"Suamiku... ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!"


Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.

"Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun..."


Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya.
Yup... till death do apart..! Subhanallah...#.#.#



Tahukah kalian, apa yg dapat kita pelajari dari kisah di atas?
Kalau menurut Kang Sugeng sih begini, tujuan utama dari sebuah pernikahan itu bukan hanya untuk menghasilkan keturunan, meski diakui mendapatkan buah hati itu adalah dambaan setiap pasangan suami istri, tapi sebenarnya masih banyak hal-hal lain yg juga perlu diselami dalam hidup berumah-tangga.
Untuk itu rasanya kita perlu menyegarkan kembali tujuan kita dalam menikah yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yg kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.

"Harta dalam rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki, namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!"

Rabu, 25 Juli 2012

Jangan Ngambek yang berkepanjangan terhadap orang yang kamu kasihi


Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tua nya bersama kami,malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah,saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama. Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya,dia adalah satu-satunya harapan nenek,nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah. Saya terus mengangguk tanda setuju,kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek,agar dia dapat berjemur,menanam bunga dan sebagainya.Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkatsaya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata:"Mari,kita jemput nenek di kampung". Suami berbadan tinggi besar,aku suka sekali menyandarkan kepalaku kedadanya yg bidang,ada suatu perasaan nyaman dan aman disana.Aku sepertisebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalamkantongnya.Kalau terjadi selisih paham diantara kami,dia suka tiba-tibamengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai akuberteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati saat-saatseperti itu. Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah.Aku suka sekali menghias rumahdengan bunga segar,sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkatakepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya ,buat apa beli bunga? Kan bungatidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu,rumah denganbunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebihgembira."Nenek berlalu sambil mendumel,suamiku berkata sambiltertawa:"Ibu,ini kebiasaan orang kota ,lambat laun ibu akan terbiasajuga." Nenek tidak protes lagi,tetapi setiap kali melihatku pulang sambilmembawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa hargabunga itu,setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambilmenggeleng- gelengkan kepala.Setiap membawa pulang barang belanjaan,diaselalu tanya itu berapa harganya, ini berapa. Setiap aku jawab,diaselalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambilberkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yangsebenarnya." Lambat laun,keharmonisan dalam rumah tanggaku mulaiterusik Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkansarapan pagi untuk dia sendiri,di mata nenek seorang anak laki- lakimasuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan.Di meja makan,wajahnenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya.Nenekselalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dansendok,itulah cara dia protes. Aku adalah instrukstur tari,seharian terus menari membuat badanku sangatletih,aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagiapalagi disaat musim dingin.Nenek kadang juga suka membantuku didapur,tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot,misalnya;dia sukamenyimpan semua kantong- kantong bekas belanjaan,dikumpulkan bisa untukdijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantongplastik,dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulankantong plastik. Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairanpencuci,agar supaya dia tidak tersinggung,aku selalu mencucinya sekalilagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari,nenek mendapati aku sedangmencuci piring malam harinya,dia segera masukke kamar sambil membantingpintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah,malam itu kami tidur sepertiorang bisu,aku coba bermanja-manja dengan dia,tetapi dia tidakperduli.Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambilberkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itubisa membuatmu mati?" Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama,suasanamejadi kaku.Suamiku menjadi sangat kikuk,tidak tahu harus berpihak padasiapa?Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur,setiap pagi diaselalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya,suatukebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan denganlahap,dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihatpadaku,seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu,aku selalu membelimakanan diluar pada saat berangkat kerja.Saat tidur,suami berkata:"Ludi,apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehinggakamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkatatanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan diaakhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku,makanlah bersamakami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serbacanggung itu. Pagi itu nenek memasak bubur,kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatuperasaan yg sangat mual menimpaku,seakan- akan isi perut mau keluarsemua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi,sampai disana akusegera mengeluarkan semua isi perut.Setelah agak reda,aku melihatsuamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinarmata yg tajam,diluar sana terdengar suara tangisan nenek danberkata- kata dengan bahasa daerahnya.Aku terdiam dan terbengong tanpabisa berkata- kata.Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!. Pertama kali dalam perkawinanku,aku bertengkar hebat dengansuamiku,nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh......suamiku segera mengejarnya keluar rumah. Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek. Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak jugameneleponku.Aku sangat kecewa,semenjak kedatangan nenek di rumah ini,akusudah banyak mengalah,mau bagaimana lagi?Entah kenapa aku selalu merasamual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahkuyang kacau,sungguh sangat menyebalkan.Akhirnya teman sekerjakuberkata:"Lu Di,sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaanmenyatakan aku sedang hamil.Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagiitu.Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan.Mengapa suami dannenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu? Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku,3 hari tidak bertemu diaberubah drastis,muka kusut kurang tidur,aku ingin segera berlalu tetapirasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya.Dia melihat ke arahkutetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi,pandangan matanya penuh dengankebencian dan itu melukaiku.Aku berkata pada diriku sendiri,jangan lagimelihatnya dan segera memanggil taksi.Padahal aku ingin memberitahunyabahwa kami akan segera memiliki seorang anak.Dan berharap aku akandiangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampuntetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan.Didalam taksi air matakumengalir dengan deras.Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangatburuk? Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwatadi,memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian,aku menangisdengan sedihnya.Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci,akumenyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedangmengambil uang dan buku tabungannya.Aku nenatapnya dengan dingin tanpaberkata- kata.Dia seperti tidak melihatku saja dan segeraberlalu.Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku.Sungguhlelaki yg sangat picik,dalam saat begini dia masih bisa membedakanantara cinta dengan uang.Aku tersenyum sambil menitikan air mata. Aku tidak masuk kerja keesokan harinya,aku ingin secepatnya membereskanmasalah ini,aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinyadi kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatkudengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaanlalu lintas dan sedang berada di rumah sakit.Mulutku terbuka lebar.Akusegera menuju rumah sakit dan saat menemukannya,nenek sudahmeninggal.Suamiku tidak pernah menatapku,wajahnya kaku.Aku memandangjasad nenek yg terbujur kaku.Sambil menangis aku menjerit dalamhati:"Tuhan,mengapa ini bisa terjadi?" Sampai selesai upacara pemakaman,suamiku tidak pernah bertegur sapadenganku,jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengankebencian.Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain,pagiitu nenek berjalan ke arah terminal,rupanya dia mau kembali kekampung.Suamiku mengejar sambil berlari,nenek juga berlari makin cepatsampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang.Akubaru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian.Jika akutidak muntah pagi itu,jika kami tidak bertengkar,jika............dimatanya,akulah penyebab kematian nenek. Suamiku pindah ke kamar nenek,setiap malam pulang kerja dengan badanpenuh dengan bau asap rokok dan alkohol.Aku merasa bersalah tetapi jugamerasa harga diriku terinjak- injak.Aku ingin menjelaskan bahwa semua inibukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyaianak.Tetapi melihat sinar matanya,aku tidak pernah menjelaskan masalahini.Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukansalahku.Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapiseperti tidak mengenal satu sama lain.Dia pulang makin larutmalam.Suasana tegang didalam rumah. Suatu hari,aku berjalan melewati sebuah caf?,melalui keremangan lampudan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanitadidalam.Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra.Aku tertegundan mengerti apa yg telah terjadi.Aku masuk kedalam dan berdiri di depanmereka sambil menatap tajam kearahnya.Aku tidak menangis juga tidakberkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa.Sang gadismelihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu.Tetapi dicegaholeh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidakkalah tajam dariku.Suara detak jangtungku terasa sangat keras,setiapdetak suara seperti suara menuju kematian.Akhirnya aku mengalah danberlalu dari hadapan mereka,jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersamabayiku dihadapan mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah.Seakan menjelaskan padaku apa yangtelah terjadi.Sepeninggal nenek,rajutan cinta kasih kami juga sepertinyatelah berakhir.Dia tidak kembali lagi ke rumah,kadang sewaktu pulang kerumah,aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.Aku tahu dia kembalimengambil barang- barang keperluannya.Aku tidak ingin menelepon diawalaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semuaini.Tetapi itu tidak terjadi.........,semua berlalu begitu saja. Aku mulai hidup seorang diri,pergi check kandungan seorang diri.Setiapkali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama,hatiini serasa hancur.Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayiini,tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankanmiliknya.Hitung- hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidakbersalah. Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.Ruanganpenuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,tidak perlutanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri,aku sudah bisamengontrol emosi.Sambil membuka mantel dan topi aku berkatakepadanya:"Tunggu sebentar,aku akan segera menanda tanganinya".Diamelihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku.Aku berkatapada diri sendiri,jangan menangis,jangan menangis.Mata ini terasa sakitsekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.Selesaimembuka mantel,aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikanperutku yg agak membuncit.Sambil duduk di kursi,aku menanda tanganisurat itu dan menyodorkan kepadanya."Lu di,kamu hamil?" Semenjak nenekmeninggal,itulah pertama kali dia berbicara kepadaku.Aku tidak bisa lagimembendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya.Akumenjawab:"Iya,tetapi tidak apa-apa.Kamu sudah boleh pergi".Dia tidakpergi,dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan.Perlahan-lahandia membungkukan badanya ke tanganku,air matanya terasa menembus lenganbajuku.Tetapi di lubuk hatiku,semua sudah berlalu,banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali. Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkanaku,maafkan aku".Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidakbisa.Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cintadiantara kami telah ada sebuah luka yg menganga.Semua ini adalah sebuahakibat kesengajaan darinya. Berharap dinding es itu akan mencair,tetapi yang telah berlalu tidakakan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku,aku bisa bertahanuntuk terus hidup.Terhadapnya,hatiku dingin bagaikan es,tidak pernahmenyentuh semua makanan pembelian dia,tidak menerima semua hadiahpemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya.Sejak menanda tanganisurat itu,semua cintaku padanya sudah berlalu,harapanku telah lenyaptidak berbekas. Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku,aku segeraberlalu ke ruang tamu,dia terpaksa kembali ke kamar nenek.Malamhari,terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidakperduli.Itu adalah permainan dia dari dulu.Jika aku tidak perdulipadanya,dia akan berpura- pura sakit sampai aku menghampirinya danbertanya apa yang sakit.Dia lalu akan memelukku sambil tertawaterbahak-bahak.Dia lupa........,itu adalah dulu, saat cintaku masihmembara, sekarang apa lagi yg aku miliki? Begitu seterusnya,setiap malam aku mendengar suara orang mengerangsampai anakku lahir.Hampir setiap hari dia selalu membeli barang- barangperlengkapan bayi,perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untukanak- anak.Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak denganbarang-barang.Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidakbergeming.Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar,malam hari darikamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer.Mungkin dialagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku.Bagikuitu bukan lagi suatu masalah. Suatu malam di musim semi,perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan akuberteriak dengan suara yg keras.Dia segera berlari masuk kekamar,sepertinya dia tidak pernah tidur.Saat inilah yg ditunggu-tungguolehnya.Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumahsakit.Sepanjang jalan,dia mengenggam dengan erat tanganku,menghapuskeringat dingin yg mengalir di dahiku.Sampai di rumah sakit,aku segeradigendongnya menuju ruang bersalin.Di punggungnya yg kurus kering,akuterbaring dengan hangat dalam dekapannya.Sepanjang hidupku,siapa lagi ygmencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia? Sampai dipintu ruang bersalin,dia memandangku dengan tatapan penuh kasihsayang saat aku didorong menuju persalinan,sambil menahan sakit akumasih sempat tersenyum padanya.Keluar dari ruang bersalin,dia memandangaku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyumbahagia.Aku memegang tanganya,dia membalas memandangku denganbahagia,tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai.Aku berteriakhisteris memanggil namanya. Setelah sadar,dia tersenyum tetapi tidak bisa membukamatanya.........aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutirair matapun untuknya,tetapi kenyataannya tidak demikian,aku tidak pernahmerasakan sesakit saat ini.Kata dokter,kanker hatinya sudah sampai padastadium mematikan,bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuahmukjijat.Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu katadokter,bersiap- siaplah menghadapi kemungkinan terburuk.Aku tidak lagiperduli dengan nasehat perawat,aku segera pulang ke rumah dan ke kamarnenek lalu menyalakan komputer. Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya,akumasih berpikir dia sedang bersandiwara............Sebuah surat yg sangatpanjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku,demidirimu aku terus bertahan,sampai aku bisa melihatmu.Itu adalahharapanku.Aku tahu dalam hidup ini,kita akan menghadapi semua bentukkebahagiaan dan kekecewaan,sungguh bahagia jika aku bisa melaluinyabersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu.Didalamkomputer ini,ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segalakemungkinan hidup yg akan kamu hadapi.Kamu boleh mempertimbangkan saranayah. "Anakku,selesai menulis surat ini,ayah merasa telah menemanimu hidupselama bertahun -tahun.Ayah sungguh bahagia.Cintailah ibumu,dia sungguhmenderita,dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang ygpaling ayah cintai".Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK,SD,SMP,SMA sampaikuliah,semua tertulis dengan lengkap didalamnya.Dia juga menulis sebuahsurat untukku."Kasihku,dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia akurasakan dalam hidup ini.Maafkan salahku,maafkan aku tidak pernahmemberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kitaterganggu oleh karenanya.Kasihku,jika engkau menangis sewaktu membacasurat ini, berarti kau telah memaafkan aku.Terima kasih atas cintamupadaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untukmemberikannyapada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahundalam perjalanan hidupnya". Kembali ke rumah sakit,suamiku masih terbaring lemah.Aku menggendonganak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambilberkata:"Sayang,bukalah matamu sebentar saja,lihatlah anak kita.Aku maudia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susahpayah dia membuka matanya,tersenyum..............anak itu tetap dalamdekapannya,dengan tanganya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurusdan lemah.Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengankamera di tangan sambil berurai air mata.................... Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian agar kita semuabisa menyimak pesan dari cerita ini. Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantarakalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalamhati.Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan:Jikakita tahu besok adalah hari kiamat,apakah kita akan menyesali semua halyg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanyamenjadi terlambat,pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelumkita menyesalinya seumur hidup.

Jumat, 20 Juli 2012

Izinkan Aku Jadi Bagian Cinta Suamimu


Aku, seorang akhwat periang (setidaknya, begitulah yang tampak dari luar), berusia 22 tahun. Hidupku penuh dengan kesedihan, sejak kecil sampai tumbuh besar jarang ku kecap bahagia. Tapi ku kelabui dunia dengan sosok ku yang ceria dan penuh canda. Seringkali teman-temanku bertanya, “Ya ukhty, bagaimana caranya supaya tidak pernah sedih seperti anti?”, hanya senyum yang bisa ku beri untuk menjawab pertanyaan yang sesungguhnya pun ingin ku tanyakan pada mereka yang hidupnya bahagia tanpa cela. Tapi sudahlah, tak kan ku ceritakan kisah sedih masa kecilku, ku hanya akan mengisahkan pencarianku akan bahagia.
Dua tahun lalu, tepatnya saat usiaku 20 tahun, aku mulai berfikir untuk melepas kesendirian, ku utarakan niatku pada seorang akhwat senior yang memang sudah beberapa kali menawariku untuk “ta’aruf” dengan beberapa ikhwan yang semuanya kutolak karena berbagai alasan. Sampai ku mengenalnya, lewat sebuah situs pertemanan. Dia, Ubaid (bukan nama sebenarnya), seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di timur tengah. Sosoknya yang begitu dewasa, santun, lagi berilmu. Segala yang kucari ada padanya. Sayangnya, dia sudah beristri dan memiliki seorang anak. Kutepis hasratku untuk mengenalnya lebih jauh.
Hari demi hari, entah kenapa aku semakin kagum padanya. Walau belum pernah bertatap muka, tapi diskusi kami lewat “chat”, kedalaman ilmunya, keindahan susunan kata-katanya, sungguh meninggalkan kesan yang begitu dalam di hatiku. Aku mulai jatuh hati padanya. Ubaid, pria beristri itu!
Ternyata rasa-ku tak bertepuk sebelah tangan. Hari selanjutnya ia menelponku, dan ia menanyakan pandanganku tentang polygamy. Tentu aku menjawab bahwa polygamy adalah sunnah. Sunnah yang dibenci kebanyakan orang. Oleh sebab itu, aku kagum pada mereka yang bisa menjalankannya. Pada akhwat-akhwat tangguh yang mampu mengalahkan egoisme dan “hati”nya untuk berbagi orang yang paling dicintainya. Bukankah tak akan sempurna iman seseorang sampai ia mampu memberikan pada saudaranya apa yang dia inginkan untuk dirinya sendiri? Blah blah blah, panjang lebar penjelasanku saat itu. Ubaid mendengarkan, lalu berkata : “ما شاء الله, seandainya semua istri berfikiran seperti anti”. “Maukah anti menjadi permaisuri kedua di istanaku?”
Semburat jingga langit sore itu menjadi saksi bahagiaku mendengar permintaannya. Tapi syukurlah logika-ku masih berjalan. Ku katakan padanya “Bagaimana mungkin antum meminta ana menjadi istri antum sedangkan bagaimana rupa ana-pun antum belum tau? Juga bagaimana nanti respon keluarga ana dan keluarga antum, mungkinkah mereka akan menerima?” Dia hanya diam. Lalu kutanya “Apakah istri antum mengetahui, antum ingin berta’addud?” Dia menjawab “Tidak, tapi pemahamannya sudah baik, insya Allah istri ana akan menerima”. Tersenyum aku mendengarnya. Lalu kami sudahi percakapan sore itu.
“Lebih baik kamu ga usah nikah selamanya daripada jadi istri kedua!” Teriak ibuku, saat ku tanyakan pendapatnya tentang polygamy. Padahal aku belum menanyakan bagaimana pendapatnya jika akulah perempuan yang dipolygamy itu.
Kuutarakan keberatan ibuku kepada Ubaid. Ibuku memang sering melihat contoh polygamy orang-orang tidak berilmu yang hanya mengedepankan nafsu. Itu sebabnya beliau begitu menentangnya. Walau berpuluh kali kukatakan pada ibuku bahwa polygamy yang didasari ilmu dan ketakwaan pada Allah tentu akan berbeda cerita.
Ubaid memintaku untuk terus mendakwahi ibuku sampai beliau mau menerima syariat ta’addud. Diapun melakukan hal yang sama pada istrinya. Meyakinkannya untuk rela berbagi denganku.
Pelan namun pasti, ibuku akhirnya luluh. Beliau tidak lagi mencaci pelaku polygamy, apalagi setelah kuterangkan tentang hukum menolak syari’at atau mengingkari ayat AlQuran. Begitulah ibuku, menentang di awal, kemudian luluh setelah hujjah di tegakkan. الحمد لله . Semoga beliau selalu dalam lindungan dan rahmat-NYA.
Kusampaikan kabar gembira itu pada ubaid lewat sebuah pesan singkat. Dibalasnya dengan “Alhamdulillaah, insya Allah liburan musim panas ini, ana akan menikahi anti”. Senang hatiku tak terkira.
Empat bulan masa penantian terasa begitu lamaaaa.. Tertatih menjaga hati.. Karena memang cara ta’aruf kami tidak sepenuhnya benar.. Kami sering berkomunikasi lewat chat, telpon, dan sms.. Astaghfirullaah..
Hari yang dinanti pun tiba. Ubaid pulang ke Indonesia. Sendiri. Tidak dengan anak istrinya. Pertemuan pertama, semua masih terasa sempurna. Begitupun saat dia meminangku pada kedua orang tuaku. Sosoknya yang “charming” membuat orang tuaku seolah lupa dengan statusnya yang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hingga diakhir pertemuan itu seorang kerabat mengingatkan. Karena Ubaid meyakinkan bahwa pernikahan kami atas izin dan restu istri pertamanya, orang tuaku akhirnya menyerahkan segala keputusan kepadaku. Tentu saja aku menerimanya. Dengan hati berbunga!
Ikhwan nan lucu, cerdas, berilmu dan tampan itu, akan menjadi suamiku! Gadis mana yang tak bahagia dipinang pria sepertinya?
Setelah tanggal disepakati, Ubaid pamit untuk pulang ke kampung halaman dan menjemput orang tuanya. Dia akan kembali lagi bulan depan karena banyak jadwal mengisi kajian di kampung halamannya selama liburan musim panas.
Pada tanggal yang disepakati, Ubaid datang ke rumah. Tapi tidak dengan orang tuanya. Karena ternyata orang tuanya tidak merestui rencana pernikahan kami. Orang tuaku pun tidak akan merestui jika pernikahan ini tidak mendapat restu dari keluarga Ubaid. Buyar sudah rencana kami untuk menikah. Karena Ubaid tidak juga mendapat restu orang tuanya sampai masa liburannya berakhir. Dia kembali ke timur tengah untuk melanjutkan study, dan tentu saja untuk kembali pada istri dan anaknya. Cemburu kah aku? Ah.. Aku bahkan tak berhak sedikitpun untuk cemburu!
Aku hanya bisa menangis dan menangis. Ingin melupakannya saja, tapi rasa untuknya sudah terhujam sedemikian dalam. Astaghfirullaah. Ampuni aku ya Allaah.
Ubaid memintaku untuk menunggu. Dia berjanji akan menikahiku musim panas tahun depan. Aku yang dungu pun menunggu!! Setahun berlalu, beberapa proposal taaruf sudah kutolak dengan alasan “sudah ada calon”. Intensitas komunikasiku dengan Ubaid sudah jauh berkurang. Selain karena kesibukannya menghadapi ujian, juga demi menjaga hubungan kami agar tidak melewati batas.
Hingga tiba masa yang kunantikan. Liburan musim panas tahun berikutnya! Ubaid pulang ke Indonesia dengan istri dan dua anaknya! Ya, DUA anaknya. ternyata istrinya baru saja melahirkan anak kedua mereka.
Kunantikan janjinya. Pekan pertama, kedua, dan ketiga. Saatnya Ubaid datang dan menikahiku! Tapi tak ada kabar darinya! Kutelpon seorang akhwat temanku yang juga adalah tetangganya. temanku mengabarkan, Ubaid sedang menjaga istrinya di Rumah Sakit! Ternyata pekan lalu, istrinya mencoba bunuh diri dan mengancam akan membunuh bayinya setelah mengetahui rencana pernikahan kami! Allahul musta’an
Saat itu juga ku mantapkan niatku untuk mengakhiri semuanya. Walau sedikit terlambat! Ternyata Ubaid tidak pernah menyatakan niatnya menikahiku kepada istrinya, dia berencana melakukannya diam-diam. Dan dia juga tidak pernah memberitahuku bahwa istrinya mengidap depresi berat.
Singkat kata, aku menyiakan 1,5 tahun usiaku untuk menunggu seseorang yang tak layak kutunggu!
Hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah fulanah diatas?
Poligamy memang adalah sunnah yang sangat mulia. Apalagi sunnah yang satu ini seringkali di anak tirikan bahkan oleh umat muslim sendiri. Jadi tak perlu lagi di ragukan atau di perdebatkan tentang hukum dan keutamaannya.
Justru yang patut kita soroti adalah adab “calon” pelaku poligamy.
Betapa sering kita jumpai kisah seperti di atas walau mungkin tidak sedramatis itu? Betapa banyak wanita-wanita yang harus “patah hati” karena merasa di permainkan oleh “calon pelaku poligamy”? Setelah menabung harap, ternyata si ikhwan hanya “coba-coba”. Ternyata ia belum benar-benar siap dan belum “menyiapkan” keluarganya.
So, bapak-bapak, kalau mau nikah lagi yang ‘wise’ ya. Jangan grusa grusu cari akhwat dulu kalau belum benar-benar siap dan sanggup bersikap “jantan” menghadapi semua rintangan .
Walaupun izin dan restu istri/keluarga tidak wajib ada, tapi setidaknya akan mengurangi banyak hal tidak menyenangkan di kemudian hari. Kalaupun mau lanjut tanpa izin dan restu keluarga, silahkan saja, asal mampu menanggung segala resiko dan akibatnya. Jangan malah lari di tengah jalan, sementara ada akhwat yang menangis karena terlalu awal menabung harap.
Untuk saudari-saudariku tercinta di luar sana, jangan gampang “main hati”.. Buang jauh-jauh rasa cinta dan sejenisnya sampai akad sudah terucap.. selain menghindarkan diri dari dosa juga menghindarkan diri dari sakit hati insya Allah..
(Kisah ini adalah sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh seorang akhwat yang bersangkutan,,tapi untuk info detailnya sengaja di samarkan.)
Sumber: Strawberry (dengan sedikit perubahan)

Kamis, 19 Juli 2012

Kisah Mengharukan Seorang Pelaku Pemerkosaan

Touching Story From Italy - Kejadian ini memang sudah lama terjadi, tapi tidak ada salahnya saya berbagi kepada para pembaca semua siapa tahu ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah ini. Di suatu Koran Itali, munculah berita pencarian orang yang istimewa 17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama sebuah kota di Italia, nggak tau bener apa enggak nulisnya) seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia (kanker darah), dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.


http://anehdidunia.blogspot.com

Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth. Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul. Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar, Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni. Kisah ini akan berakhir bagaimanakah? Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali. Martha, 35 tahun, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang.

Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi diantara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang di sekitar mereka untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini. Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya. Dokter menjelaskan lebih lanjut. Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.

Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu carayang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan mendonorkan darah anak untuK. Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara “Tuhan..kenapa menjadi begini?” Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa. Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya. Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama. Terakhir mereka hanya berkata, Biarkan kami memikirkannya kembali.

Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. Kami ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun. Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu mereka menceritakan Itu adalah 10 tahun lalu, dimana Martha ketika pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh.

Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali . Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami.

Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika.

Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala berkata Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika. Beberapa lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnyacocok untuk Monika.Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian?

Martha berkata : “Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya. Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.

Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran.

November 2002, di koranWayeli termuat berita pencarian ini, seperti yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia! Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.

Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir. (suratkabar Roma) Komentar dengan topik : Orang hitam itu akan munculkah? Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini?

Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran tergelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan.

Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya. Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Ditengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.

Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini.Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan menikahkannya dengan anak perempuan merka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka. Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu.

Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya.

Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun. Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malangitu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya.

Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi Telepon Dr. Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, iatelah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun. Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha.Sang istri, Lina berkata : : “Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian”. Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan: Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu? Sedikitpun aku tak akan memaafkannya!!!

Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut! Ia benar-benar seorang pengecut! demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya. Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :”Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku”. Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan berkata: “Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya”.

Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya : “Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya. Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Dimatanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu.

Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri : “Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang jahat?” Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah : “Selamat pagi, manager!” Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.


http://anehdidunia.blogspot.com

Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang : “Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu. Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr. Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata :”Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya. Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini. Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata : “Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika Aku harus menyelamatkannya Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah :”Kau PEMBOHONG!”

Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya : “Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah seornag suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya?” Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama. Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata : “Ajili, pergilah menemui Dr. Adely! Aku akan menemanimu!”

3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely.8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.

Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus menelepon, menulis suratpada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat : “Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan!” 10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili.

Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Marth, langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir. Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata : “Maaf…mohon maafkan aku!” Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu. Martha menjawab : “Terima kasih Kau dapat muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku”.

19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika Sang dokter berkata dengan antusias : “Ini suatu keajaiban!”

22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka.

Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :”Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian”. Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku! ( Italia post)




 

Bisnis online

yang nyata cocok untuk semua kalangan bukan jual keanggotaan ini murni bisnis karena ada barang yg diperdagangkan,anda hanya butuh ketekunan dan semangat yg tinggi modal awal hanya Rp. 39.900,- dan pasti akan dibantu oleh team dan leader yang sangat familier untuk bergabung klik baner(gambar) di atas ini atau klik di sini.

Cerita Nyata Yang sangat Sedih dan Mengharukan (Cewek Wajib Baca di jamin nangis)

”Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus”

Aku membencinya
, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Mau Tahu Baju Wanita Berkqualitas, Silahkan Klik Gambar



Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.


Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.


Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut.
Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.


“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.


Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”


“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.


Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.


Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.


Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.


Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah
ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.


Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.


Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.


Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.


Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.


Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.


Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang
notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,


Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!.

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa
asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.


Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”


Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”


Putriku menatapku, “
seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Semoga peristiwa ini bisa membuat kita belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki,sebab :
Apa yang kita harapkan belum tentu kita dapatkan dan 
apa yang kita dapatkan belum tentu itu yang kita harapkan ,
Tapi Percayalah Tuhan pasti memberikan Kita yang terbaik 
(untuk/menurut kita dan untuk/menurut orang-orang yg kita cintai)
[sumber;smartdherizh.blogspot.com]




Rabu, 18 Juli 2012

Kisah Nyata di Amerika, Bukti Keutamaan Ayat Kursi


Ini kisah nyata dari Amerika (US) sekitar tahun 2006. Pengalaman nyata seorang muslimah asal Asia yang mengenakan jilbab.

Suatu hari wanita ini berjalan pulang dari bekerja dan agak kemalaman . Suasana jalan setapak sepi . Ia melewati jalan pintas.

Di ujung jalan pintas itu, dia melihat ada sosok pria Kaukasian. Ia menyangka pria itu seorang warga Amerika . Tapi perasaan wanita ini agak was-was karena sekilas raut pria itu agak mencurigakan seolah ingin mengganggunya.

Dia berusaha tetap tenang dan membaca kalimah Allah. Kemudian dia lanjutkan dengan terus membaca Ayat Kursi berulang-ulang seraya sungguh-sungguh memohon perlindungan Allah swt. Meski tidak mempercepat langkahnya, ketika ia melintas di depan pria berkulit putih itu, ia tetap berdoa. Sekilas ia melirik ke arah pria itu. Orang itu asik dengan rokoknya, dan seolah tidak mempedulikannya.

Keesokan harinya , wanita itu melihat berita kriminal, seorang wanita melintas di jalan yang sama dengan jalan yang ia lintasi semalam. Dan wanita itu melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya di lorong gelap itu. Karena begitu ketakutan, ia tidak melihat jelas pelaku yang katanya sudah berada di lorong itu ketika perempuan korban ini melintas jalan pintas tersebut.

Hati muslimah ini pun tergerak karena wanita tadi melintas jalan pintas itu hanya beberapa menit setelah ia melintas di sana. Dalam berita itu dikabarkan wanita itu tidak bisa mengidentifikasi pelaku dari kotak kaca, dari beberapa orang yang dicurigai polisi.

Muslimah ini pun memberanikan diri datang ke kantor polisi, dan memberitahukan bahwa rasanya ia bisa mengenali sosok pelaku pelecehan kepada wanita tersebut, karena ia menggunakan jalan yang sama sesaat sebelum wanita tadi melintas.

Melalui kamera rahasia, akhirnya muslimah ini pun bisa menunjuk salah seorang yang diduga sebagai pelaku. Iia yakin bahwa pelakunya adalah pria yang ada di lorong itu dan mengacuhkannya sambil terus merokok .

Melalui interogasi polisi akhirnya orang yang diyakini oleh muslimah tadi mengakui perbuatannyaa. Tergerak oleh rasa ingin tahu, muslimah ini menemui pelaku tadi dan didampingi oleh polisi.

Muslimah : “Apa Anda melihat saya? Saya juga melewati jalan itu beberapa menit sebelum wanita yang kauperkosa itu? Mengapa Anda hanya menggangunya tapi tidak mengganggu saya? Mengapa Anda tidak berbuat apa-apa padahal waktu itu saya sendirian?”

Penjahat : “Tentu saja saya melihatmu malam tadi. Anda berada di sana malam tadi beberapa menit sebelum wanita itu. Saya tidak berani mengganggu Anda. Aku melihat ada dua orang besar di belakang Anda pada waktu itu. Satu di sisi kiri dan satu di sisi kanan Anda.”

Muslimah itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Hatinya penuh syukur dan terus mengucap syukur. Dengkulnya bergetar mendengar penjelasan pelaku kejahatan itu, ia langsung menyudahi interview itu dan minta diantar keluar dari ruang itu oleh polisi.

***

Semua surat dalam al-Qur’an adalah surat yang agung dan mulia. Demikian juga seluruh ayat yang dikandungnya. Namun, Allah Subhanahu wa ta’ala dengan kehendak dan kebijaksanaanNya menjadikan sebagian surat dan ayat lebih agung dari sebagian yang lain.

WANITA YANG KUKIRA ISTERIKU TERNYATA JIN PENUNGGU TELAGA WARNA



U ndangan berwarna biru dengan tulisan warna emas yang tercetak rapi, tergeletak diatas meja makan. Hal tersebut mendorongku untuk segera membuka dan membacanya walaupun perutku sudah berbunyi keroncongan minta diisi. Isteriku berkata " Mas, Itu undangan dari Jakarta untuk hari Sabtu depan. Itu lho, Bu Kuncoro yang di Cikini mantu, kita datang ya !, kan salah satu famili dekat ". Sambil membaca kartu undangan itu aku manggut-manggut tidak menyahuti kata-kata isteriku. Isteriku membujuk lagi dengan berkata : " Maas, kan sudah beberapa bulan ini kita tidak ke-Jakarta, aku sudah kangen dengan keluargaku, pasti semua datang ke-pestanya ", disambung dengan rayuannya lagi " Sekali-sekali pergi menghilangkan stress khan boleh. Jakarta dekat ini, ya Mas, ya.... ". Setelah menyelesaikan membaca undangan itu Aku kemudian menatap Isteriku dan mengangguk-kan kepala tanda setuju sambil tanganku meraih sendok dan segera menyantap makan malam. Isteriku melonjak kegirangan dan berteriak kepada putri kami yang tiga bulan lagi berumur dua tahun " Nanda, nanti kita jalan-jalan ke Jakarta sama Papa". Tak terasa hari Sabtu-pun tiba dan dan putriku Nanda sudah tiga kali menanyakan kapan akan berangkat jalan-jalan seperti yang dijanjikan oleh Ibunya. Setelah menaikkan semua tas dan perlengkapan keatas mobil, kamipun berangkat dari Bandung menuju Jakarta. AWALNYA..... Sejak kawin tiga tahun yang lalu, kami pindah dari Jakarta dan menetap di Bandung karena tugas dari kantor-ku. Kami tinggal dirumah kontrakan yang tidak terlampau besar dan beruntung mendapat fasilitas kendaraan berupa mobil dari kantor sehingga kadang-kadang kami bisa pergi bertamasya ketempat-tempat rekreasi dengan menggunakan mobil kantor, seperti saat ini. Udara pagi yang sejuk terhisap memasuki paru-paru menimbulkan suasana yang tenang dan menggembirakan, pemandangan dikiri-kanan jalan sangat indah, apalagi lepas dari Cianjur mendekati Puncak. Putri-ku Nanda tak henti-hentinya bertanya ini-itu mengenai hal-hal baru yang dilihatnya dan rasa senangnya karena diajak naik mobil pergi bertamasya. TELAGA WARNA PUNCAK Setibanya di Puncak, Isteriku menyarankan dan berusaha membujuk-ku untuk berhenti sebentar beristirahat di Telaga Warna Puncak menikmati udara sejuk nan menyegarkan. � Kalau saja aku bisa mengetahui peristiwa menggetarkan hati yang kelak akan terjadi, pasti akan kutolak mentah-mentah permintaan Isteriku itu......... ' Aku meminggirkan mobil dan parkir di-kawasan Telaga Warna, Isteriku menarik-narik tanganku sambil membimbing Nanda kearah tepi telaga dan duduk dengan santai sambil tak henti-hentinya mengoceh. Nanda dan aku mendengarkan dengan asyik. Ia menceritakan berbagai hal menarik yang akan dilakukannya di Jakarta dan keinginan-keinginannya setibanya nanti di-Jakarta, juga pesta perkawinan yang pasti akan sangat meriah yang akan kami hadiri dan belanja oleh-oleh kesukaannya saat akan pulang ke Bandung. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, setelah puas menikmati keindahan disekitar telaga, kemudian kami-pun meninggalkan Telaga Warna dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Saat itu, jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi sedang dalam proses pembuatan dan belum selesai, sehingga untuk ke-Jakarta masih harus melalui jalan Bogor lama. Setibanya di-Bogor, Isteriku meminta mampir di-toko roti terbesar di Bogor saat itu untuk membeli roti dan penganan pengisi perut selama perjalanan. Nanda kecapean dan terlihat tidur dengan lelapnya di Jok belakang, dan aku malas untuk turun, jadi Isteri-ku turun sendirian dan pergi masuk ke-toko roti tersebut untuk berbelanja. Aku menunggu dimobil bersama Nanda yang tertidur pulas....... ISTERIKU DENGAN PARFUM BAU KEMBOJA Sekejap kemudian terlihat sesosok wanita yang persis berwujud Isteriku mengenakan pakaian seperti yang dipakai Isteriku sambil membawa bungkusan besar berisi roti dan makanan lainnya datang mendekat kemobil. Tentu saja segera kubukakan pintu mobil karena kusangka Isteriku. Saat ia masuk kemobil sekilas tercium bau bunga kamboja bercampur menyan yang membuat bulu kudukku berdiri. Akan tetapi karena melihat wajah Isteriku yang berseri-seri dan berkata bahwa ia telah membelikan beberapa roti kesukaanku maka aku segera melupakan hal aneh yang muncul bersamaan dengan kedatangan Isteriku ini. Mobil ku-stater dan kemudian meluncur pergi dari toko roti di-Bogor guna melanjutkan perjalanan ke-Jakarta. Sayangnya mataku kurang jeli, sehingga tidak melihat bahwa beberapa detik sebelum mobil keluar dari area toko roti, Isteriku yang asli muncul dipintu toko dengan membawa bungkusan besar berisi roti dan melihat mobilku meluncur pergi dengan membawa wanita lain. ISTERI ASLIKU MARAH BESAR Isteriku marah besar dan mengira bahwa aku telah pergi (lari) meninggalkannya dengan membawa wanita lain, seketika itu juga dibantingnya bungkusan hasil belanjaanya dan dengan air mata bercucuran kemudian lari pulang ke-Bandung. Hatinya dipenuhi dengan emosi, cemburu, marah, sedih dan kesal bercampur jadi satu. Mulutnya membisikkan kata-kata ancaman yang lirih " Awas kalau pulang nanti ", berkali-kali tanpa henti sepanjang perjalanan kembali ke-Bandung. Fikirannya yang dipenuhi rasa marah dan cemburu, terus bertanya-tanya, siapakan wanita yang menjadi simpanan suaminya itu dan telah pergi bersama suaminya ?. Mengapa dirinya ditinggalkan begitu saja tanpa menengok sedikitpun, sungguh tak berperasaan. Bagaimana dengan anaknya Nanda, apakah dia sedang menangis menanyakan ibunya atau sedang apa ?, jahat sekali suaminya itu, akh kalau saja tahu hati suaminya seculas itu, tak akan mau dia diperistri bila hanya untuk disakiti hatinya. Rasa benci menyeruak di-hatinya yang sedih dan luka bagai tertusuk sembilu. Sesampainya dirumah langsung ia membanting dirinya keatas tempat tidur dan menangis tersedu-sedu sambil tak henti-hentinya mengeluarkan ancaman........ ISTERIKU BERMANJA-MANJA KEPADAKU Sementara itu tidak sedikitpun terlintas difikiranku mengenai keadaan Isteriku itu dirumah, malah aku terlibat dengan pembicaraan yang romantis dengan wanita yang kukira Isteriku ini. Selama dalam perjalanan ini aku sangat menikmatinya, karena tidak tahu kenapa istriku bertambah-tambah genit dan manja-nya terhadapku, hingga beberapa kali pipiku diciumnya mesra yang membuat hatiku semakin berbunga-bunga. Isteriku ini kemudian merapatkan duduknya dan merebahkan kepalanya kepundakku dan berkata " Maas, kalau bisa aku ingin peristiwa ini jangan cepat berlalu ". Aku berfikir sambil membathin, lho ini khan masih awal dan masih banyak lagi waktu sesampaimya di Jakarta nanti. Sewaktu rambutnya menyentuh pipiku, saat itu kembali sekilas tercium bau wangi bunga kamboja bercampur menyan, sehingga bulu kudukku berdiri lagi. Ihh....... Dalam hati aku berjanji membelikan shampo luar negeri untuk isteriku, karena bau wangi shampo yang ia gunakan sekarang ini menimbulkan rasa takut dihatiku. SETIBA DI JAKARTA Akhirnya setelah tiba di Jakarta, Aku langsung menuju ke hotel yang terdekat dari Cikini, dan memesan kamar untuk satu malam, karena ingin beristirahat sejenak menjelang resepsi malam nanti. Nanda sangat senang dan bernyanyi-nyanyi kecil dengan lucunya sambil menyentuh barang-barang hiasan yang ada dikamar hotel. Lagaknya bagai kupu-kupu yang terbang mengitari bunga-bunga yang sedang mekar mewangi. Sore hari, setelah memandikan Nanda, Isteriku mengajak mandi bersama, ini sebetulnya diluar dari kebiasaannya, tapi tentu saja aku mau, permintaan seperti ini jelas nggak akan kutolak. Didalam kamar mandi, isteriku mesra berbisik meminta hubungan intim, awalnya aku kurang setuju, tapi dengan sangat ahli ia membangkitkan hasrat kelaki-lakianku...... Koper dibuka dan pakaian-pakaian didalamnya dicoba dan dipatut-patutkan ke tubuhnya sambil bergaya didepan kaca, hingga akhirnya ia memutuskan menggunakan baju warna hijau yang memang serasi dengan warna kulitnya yang putih. A CARA RESEPSI BERLANGSUNG MERIAH Acara resepsi pernikahan putra Bu Kuncoro sangat meriah dan memang banyak keluarga datang, tentu saja bagaikan reuni keluarga besar, kami saling bertanya dan bercerita situasi terakhir dalam keluarga dengan gembira. Beberapa kali Nanda datang kepadaku minta dibersihkan pipinya yang berwarna merah bekas lipstik karena dicium gemas oleh tante-tantenya. Saat foto bersama, mulanya Isteriku menolak keras, tapi setelah didesak-desak akhirnya mau juga. Beberapa famili mengajak kami bermalam dirumah mereka tapi dengan halus kutolak karena sebelumnya sudah memesan kamar dihotel. Akhirnya acara resepsipun usai sudah dan satu demi satu para tamu pamit pulang, demikian juga kami. Dalam perjalanan kembali ke hotel terlihat sekali isteriku sangat bahagia karena celotehnya yang sangat bersemangat mengenai suasana resepsi tadi, dimana aku hanya mendengar dan meng-iyakan ucapan-ucapannya saja. BER GAIRAH DAN MENGAJAK BERCINTA Nanda terlihat kelelahan dan segera tertidur pulas begitu kepalanya menyentuh bantal tempat tidurnya, melihat putrinya telah tertidur. Isteriku melepaskan pakaian pestanya satu demi satu sambil menggerakkan tubuhnya dengan erotis, berusaha memancing gairahku, dan setelah terlepas semuanya langsung menerkam diriku dan mengajak bercinta. Malam itu entah beberapa kali hubungan intim telah kami lakukan hingga rasanya tulang-tulangku hampir terlepas karena kelelahan melayani hasratnya yang tak pernah padam, sehingga saat matahari telah tinggi kami masih tertidur kelelahan. Lewat tengah hari baru kami berangkat pulang ke Bandung. Perjalanan pulang agak lambat karena kami banyak berhenti untuk belanja oleh-oleh, lagi pula aku menjalankan kendaraan perlahan karena masih agak mengantuk. Nanda sepanjang jalan kembali tertidur pulas, mungkin karena masih kelelahan, sekilas terlihat senyum manis dibibirnya. KEMBALI KE TELAGA WARNA Menjelang Maghrib saat mobil mendekati Puncak, Isteriku mendesak untuk berhenti sebentar agar kembali beristirahat di Telaga Warna, aku menolak karena perjalanan masih jauh lagipula sudah menjelang Maghrib. Tapi karena ia terus bersikeras dengan bujukan dan alasan yang kadang menurutku sulit diterima akal, maka akhirnya aku mengalah dan memarkir mobil di kawasan Telaga Warna. Saat itu suasana masih agak terang. Nanda, walaupun sudah terbangun tapi masih menggeliat malas untuk berjalan, sehingga kubopong turun mengikuti isteriku ke tepi telaga, setelah duduk suasana menjadi santai, Isteriku berkata dengan serius kepadaku, bahwa perjalanan ini tak akan pernah dilupakannya dan Ia mencium pipiku berkali-kali guna lebih menguatkan kata-katanya. Kelakuannya ini ku-rasakan agak aneh seakan dia tidak akan pernah bertemu denganku lagi........ MENGAPA "DIA" TERJUN KE TELAGA ? Saat terdengar Adzan Maghrib mendayu-dayu, tiba-tiba dengan tak tersangka-sangka Isteriku menerjunkan dirinya kedalam Telaga Warna, tentu saja aku terkejut setengah mati apalagi mendengar putriku berteriak histeris dan kemudian menangis meraung-raung memanggil-manggil ibunya, " Mamaaaa......maama..." Setelah menunggu beberapa saat dan tidak muncul juga dari dalam telaga, maka akupun berteriak-teriak memanggil namanya dan langsung terjun kedalam air telaga untuk mencari Isteriku, beberapa orang berkumpul melihat kelakuanku yang aneh, kucoba menjelaskan peristiwa yang terjadi dengan suara terbata-bata dan tubuh gemetar kebingungan, beberapa orang kemudian tergerak untuk ikut terjun berusaha mencari isteriku didasar telaga. Beberapa wanita yang ada berusaha membujuk mendiamkan putriku yang terus menangis. Setelah mengobak seluruh telaga selama lebih dari dua jam dibantu oleh banyak orang tanpa hasil. Dengan baju basah kuyup dan tubuh menggigil kedinginan serta perasaan yang tak menentu karena sangat sedih, maka akupun memutuskan untuk kembali ke Bandung dan berniat untuk melakukan pencarian lanjutan esok pagi. Apalagi Nanda terus menangis memanggil-manggil ibunya yang telah terjun kedalam telaga dan tidak berhasil ditemukan. Saat itu fikiranku terus bertanya-tanya " Mengapa Istriku tega sampai berbuat begitu ? Apa salahku ?.... setelah begitu lama tidak muncul dari dalam air apakah mungkin ia telah mati !!....... PULANG KERUMAH DI BANDUNG Aku menjalankan mobil pulang ke Bandung sambil ngebut agar cepat sampai di rumah, dan berniat untuk mengabari saudara-saudaraku perihal Istriku, agar mereka esok membantu dalam upaya pencarian. Dengan perasaan sangat sedih dan terpukul atas musibah ini, akupun masuk kedalam rumah dan.......... Mendengar suara mobil memasuki rumahnya, Isteriku yang masih belum tidur, bangun dan meloncat mengintip dari jendela kamar, mengetahui bahwa suaminya pulang, timbullah lagi rasa marah atas perbuatan suaminya yang disangkanya pergi meninggalkan dia sendirian ditoko roti di-Bogor bersama wanita yang tidak dikenalnya. Diambilnya sepatu hak tingginya dan berlari ke pintu depan........ Betapa terkejutnya aku ketika membuka pintu depan, sepasang sepatu hak tinggi mendarat telak dikepalaku, dan pelakunya tak lain adalah ternyata isteriku......... TERNYATA ISTERIKU MASIH HIDUP Wajahku pucat pasi kaget setengah mati, bahkan aku ketakutan bagai melihat hantu, sehingga tak terasa sakitnya kepalaku yang benjol-memar karena terlempar sepatu. Bagaimana mungkin isteriku yang hilang tenggelam di Telaga Warna ternyata malah sekarang muncul dihadapanku dengan wajah marah menakutkan dan suara menggelegar keras, mengumpat dan memaki. Dengan terpana-bengong dan perasaan tak karuan, aku cuma bisa berdiri mematung didepan pintu. Istriku masih terus melemparkan segala macam benda kearahku sambil memaki-maki. Nalarku masih kacau belum jalan, aku tak berusaha menghentikannya, masih bingung. " Ka..kaau ...ternyata masih hidup, kukira sudah mati tenggelam ", kataku ketakutan dan dengan suara terbata-bata. Setelah mendengar kata-kataku, dan melihat keadaan diriku yang kacau, Isteriku malah bingung, apalagi kemudian Nanda menghambur masuk dan memeluk ibunya sambil berteriak keras : " Mama... jangan lompat lagi ke danau, Nanda takuuut ". Terkejut Isteriku sehingga terlupakan kemarahannya, dan matanya melotot menatap kearahku minta penjelasan, sambil mendekap Nanda yang menangis sesenggukan dipelukannya. Aku sendiri masih belum bisa mencerna dengan baik atas situasi yang tak terduga-duga ini dan terpaku keheranan. Melihat aku tidak memberikan jawaban, timbullah lagi marahnya dan berteriak keras mengejutkanku " Mengapa kau tinggalkan aku sendirian di Bogor, dan siapa wanita sialan itu ! ". Fikiranku berusaha menyimak kata-katanya, ... ditinggal di Bogor ?, siapa wanita itu ? apa yang terjadi ? bukankah aku pergi dengannya ke Jakarta ? lalu siapa kalau begitu wanita yang menyerupai dirinya dari Bogor hingga terjun ke telaga ? BARU KUSADARI BAHWA YANG BERSAMAKU ITU BUKAN ISTERIKU Tiba-tiba aku berteriak keras : " Tidaaaaaaak ! ", " Aku tidak tahu bahwa itu bukan kau !, mahluk itu menyerupai kau kukira itu kau " lanjutku keras. Kemudian aku memeluknya dan berkata dengan penuh perasaan : " Syukurlah bahwa kau masih hidup, kukira sudah matiiiii ! " Karena aku memeluknya seakan takut kehilangan dirinya, cairlah emosinya dan tenang, kemudian meminta penjelasan lengkap dariku. Kujelaskan kronologis kejadiannya, tentu saja dengan menyembunyikan bagian hubungan intimku dengan mahluk itu, tak percaya Isteriku atas ceritaku yang tak masuk diakalnya, untuk lebih meyakinkannya kuajak dirinya untuk menelepon interlokal ke Jakarta. JADI YANG BERSAMAKU ITU MAHLUK JEJADIAN ? Terkejut Pamannya mengetahui kejadian ini, atas permintaanku dan keingin-tahuannya atas peristiwa yang terjadi ini, esok harinya dengan kereta-api terpagi segera ia berangkat ke Bandung. Pamannya sendiri dengan bersumpah meyakinkan Isteriku bahwa aku, suaminya saat itu datang ke resepsi pernikahan bersama dia, Isterinya, malah foto-foto keluarga bersama, nanti bila sudah di-afdruk akan dikirim ke Bandung. Paman terpaksa bermalam di Bandung karena Isteriku sangat terpukul dan histeria dengan kejadian ini, masih belum masuk diakalnya kejadian ini bisa terjadi. Keesokan harinya salah seorang putra paman datang dengan keluarga yang lainnya dan ikut meyakinkan isteriku dengan kesaksian mereka dan membawa hasil cetakan foto-foto perkawinan, mereka dengan sangat bingung memperlihatkan foto yang ada diriku, putriku Nanda sedang menggandeng bayangan kosong. Ternyata mahluk berwujud isteriku itu tidak nampak dikertas foto....... Tiba-tiba isteriku terhuyung, dengan cepat kupeluk tubuhnya agar tidak jatuh, ternyata ia pingsan. Kejadian ini begitu dahsyat menghantam jiwanya hingga tidak tahan. Mungkin terbayang difikirannya apa saja yang mungkin dilakukan oleh suaminya terhadap mahluk itu karena mengira bahwa mahluk itu adalah dia isterinya. Siapa yang tahu kecuali aku dan iih... mahluk yang menjijikan itu. SIAPAKAH SESUNGGUHNYA YANG BERSAMAKU ITU DI JAKARTA ? Hingga saat ini semua masih tak mengerti, siapakah sesungguhnya wanita yang bersamaku itu, yang naik kemobilku mulai dari toko roti di Bogor, tidur dihotel bersamaku yang akhirnya terjun ke Telaga Warna ?. Demikian juga yang ada difikiran Isteriku dan keluarganya.......... Sedangkan Nanda masih sering bercerita kepada keluarga yang datang bahwa dirinya sangat senang diajak pergi jalan-jalan ke Jakarta bersama ibunya, menginap dihotel, pergi kepesta, ia masih belum bisa mengerti bahwa dengan siapa dia pergi itu bukan ibunya asli............ Suatu malam aku bermimpi didatangi oleh mahluk hijau yang menyeramkan, berbadan reptil seperti bunglon tapi kepalanya menyerupai Isteriku, ia minta maaf telah mengacaukan keluargaku dengan mewujud dan menggantikan Isteriku pergi ke Jakarta. Itu karena dia tertarik mendengar celoteh Isteriku yang mesra ditepi telaga mengenai enaknya bepergian ke pesta pernikahan, jadi ia ikut dalam mobilku karena ingin tahu, begitu melihat Isteriku pergi masuk ke toko roti, ia mendapat kesempatan dan mendahului masuk kemobil dengan mewujud menyerupai Isteriku. Mahluk itu bilang bahwa ia sangat menikmati perjalanan itu dan tidak akan pernah melupakannya, berharap demikian juga denganku. Akhirnya dia minta maaf atas segala perbuatannya itu dan juga minta maaf kepada Isteriku. Hatiku yang tadinya emosi mendengar pengakuannya akhirnya luluh dan memaafkannya karena melihat tetesan air mata dipipinya tanda penyesalan dan ketulusan hatinya. Mahluk itu kemudian lenyap setelah sebelumnya mendoakan agar keluargaku selalu rukun-rukun dan bahagia........ Seperti diceritakan kepada H. Mohammad B.I.
loading...

Download App Kisah Nyata
di Google Playstore